Kapasitas Ekonomi Petani Orang Asli Papua Sangat Terbatas

Perkembangan Ekonomi Pertanian orang asli Papua dibawa giris kehidupan yang menagandaikan bukan orang asli Papua karena kehidupan yang sebenarnya telah di hancurkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Transmigrasi dan keenakan barang-barang modern seperti Beras dan makanan impor. Pola pikir tentang asalkan terbebas dari rasa lapar, terlindung dari perubahan cuaca dan gangguan binatang buas, sangat mempengaruhi kinerja petani asli Papua , sehingga aktivitas menggarap lahan cenderung statis. Akibat yang terjadi adalah kapasitas ekonomi petani saat ini hanya mampu memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan primer. Padahal kesejahteraan mereka seharusnya bisa lebih baik dari kondisi saat ini. Kapasitas petani asli Papua dalam hal pendidikan formal dan non-formal serta sikap dan ketrampilan (kinerja) dalam bercocok tanam di wilayah ini masih rendah dibanding petani non-Papua.Bahan pangan yang tumbuh dan hidup secara bebas di lingkungan alam, merupakan titik lemah dan cenderung memanjakan. Petani asli Papua belum sepenuhnya mengandalkan aktivitas budidaya.  Pembangunan pertanian bagi petani asli Papua .Penggunaan luas lahan oleh petani asli Papua  masih sangat terbatas (rata-rata untuk tanaman pangan kira-kira  0,42 ha, dan perkebunan 1,48 ha), sementara luas lahan yang dimiliki rata-rata lebih dari 12,86 ha. Faktor penyebabnya adalah petani asli Papua  masih intensif penyebab kerusakan transmigarasi oleh Pemerintah Pusat. Penggunaan tehnologi pertanian oleh petani asli Papua masih sangat sederhana, tidak memiliki modal untuk musim tanam berikutnya jika dibandingkan dengan petani non Papua. Faktor budaya (modal sosial) sangat kuat sehingga berpengaruh negatif terhadap pendapatan dan tabungan. Luas kelas kesesuaian lahan yang dominan untuk tanaman kakao (cukup sesuai) dengan luas lahan 70,91%, sedangkan tanaman kelapa sawit juga  dengan luas 39,86%.Petani asli Papua masih mengharapkan ketersediaan potensi ekologi dan cenderung menjadikan tumpuan harapan petani dalam memperoleh bahan pangan, kondisi ini turut mempengaruhi kinerja petani dalam menggarap lahan pertanian.Kapasitas ekonomi (pendapatan dan skill) petani non Papua lebih baik dari petani asli Papua.Faktor lama bekerja di lahan pertanian, frekuensi mengolah lahan pertanian dalam satu tahun, jumlah tenaga kerja, ketersediaan dana dalam mengolah lahan pertanian, luas mengelola lahan pertanian, petani lokal, penggunaan tehnologi dalam bertani, kesesuaian pendidikan formal dengan pekerjaan pertanian yang ditekuni, partisipasi dalam kelompok tani, turut mempengaruhi kapasitas ekonomi petani. Model pengembangan kapasitas ekonomi petani asli Papua perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: petani asli Papua tentang pengembangan ekonomi sangat tidak perhatikan oleh pemerintah untuk memasarkan hasil tani orang asli Papua, disisi lain skill (ketrampilan berusahatani) juga sangat rendah, dibanding petani non Papua. Petani asli Papua sangat membutuhkan bantuan pembinaan (pemberdayaan). Bantuan pemberdayaan yang pernah dilakukan hingga saat ini oleh PPL pertanian Kabupaten dan Provinsi, perlu ditinjau kembali karena tidak mampu membawa perubahan (memperbaiki skill petani) dalam berusahatani. Pengembangan kapasitas ekonomi petani asli Papua, memerlukan sebuah model pengembangan ekonomi pertanian yang lebih spesifik agar bantuan keuangan dari pemerintah  dapat termanfaatkan secara efektif dan efisien.Adanya perbedaan skilldan pendapatan antara petani asli Papua dan petani non Papua. Perbedaan tersebut menempatkan skilldan pendapatan petani non Papua jauh lebih baik dibanding petani asli Papua. Skill dan pendapatan petani asli Papua lebih rendah dibanding petani non Papua. Solusi yang dapat lakukan adalah perlu adanya pendampingan terhadap petani asli Papua agar skill mereka dalam mengolah lahan pertanian bisa menjadi lebih baik. Pemberdayaan (pendampingan) kepada petani asli Papua  perlu mempertimbangkan faktor sosial budaya dan faktor peran agen yang berpengaruh dalam menentukan kebijakan pemanfatan SDL. Oleh karenanya strategi pendekatan pembinaan petani asli Papua di wilayah ini dapat dilakukan melalui kelompok keret. Mengingat pemilikan lahan di wilayah ini bersifat komunal dan ketua keret sebagai agen yang sangat berperan mengatur penggunaan lahan bagi anggota keret. Program pemberdayaan kepada petani asli Papua melalui pendampingan secara intensif (melekat) direkomendasikan untuk diaplikasikan melalui pendekatan ekonomi keret. Pendekatan ini memposisikan ketua keret sebagai agen (tokoh sentral) yang mengkoordinir dan memotivasi anggota keret dan sekaligus mengawasi dan mengevaluasi kemajuan kegiatan ekonomi pertanian yang dilakukan kelompok keret.

Komentar